Langsung ke konten utama

Macam-macam Air Untuk Bersuci Dan Pembagiannya

Illustrasi air untuk bersuci.(Sumber: www.unsplash.com)


Ketika seorang muslim ingin menunaikan sholat maka dia disyaratkan harus suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Dan salah satu media untuk menghilangkan hadats adalah air. Namun ternyata tidak semua air bisa digunakan untuk menghilangkan hadats. Merujuk dari kitab Fathul Qarib al-Mujib karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy dalam bab bersuci, air terbagi menjadi 4, berikut kami jelaskan satu persatu:

1. Air yang suci dan bisa digunakan bersuci

Air yang termasuk dalam kategori ini adalah air yang tidak memilki sifat yang melekat, contohnya air sumur,  jika diambil dan dipindahkan ke gelas, maka air tersebut tidak disebut sebagai air sumur lagi melainkan disebut air dalam gelas.

2. Air yang suci dan bisa digunakan bersuci namun makruh jika digunakan bersuci

Ada 3 Air yang yang masuk dalam kategori ini. Pertama, air yang terpapar sinar matahari dan berada dalam suatu bejana yang tebuat dari logam (kecuali emas dan perak. Kedua, air yang sangat panas (meskipun bukan karena sinar matahari dan tidak berada didalam bejana logam). Dan ketiga, air yang sangat dingin.

3. Air yang suci namun tidak dapat digunakan untuk bersuci

Ada 2 air yang masuk dalam kategori ini. Pertama, Air musta’mal yaitu air yang pernah digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis, yang tidak berubah salah satu sifatnya dan tidak berkurang ukurannya. Kedua, Air yang berubaha salah satu sifatnya karena tercampur dengan perkara lain sehingga memuncukan nama yang melekat pada air tersebut, contohnya seperti air kopi.

4. Air yang najis

Ada 2 air yang masuk dalam kategori ini. Pertama, air yang bercampur dengan najis dan air tersebut kurang dari dua qulah meskipun tidak ada sifatnya yang berubah. Kedua, air yang bercampur dengan najis dan air tersebut lebih dari dua kulah namun salah satu sifatnya berubah, yaitu rasa, warna atau aroma.

Berikut 4 pembagian air yang dapat digunakan bersuci maupun tidak. Jadi pastikan air yang teman-teman gunakan boleh digunakan untuk bersuci ya. Semoga artikel ini bermanfaat.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimanakah Cara Mensucikan Kulit Bangkai? Simak ulasannya disini!

  Ilustrasi sepatu yang terbuat dari kulit binatang (Sumber: www.unsplash.com) Sejak zaman dahulu bahkan sebelum islam datang manusia sudah terbiasa menggunakan kulit binatang untuk dijadikan berbagai hal yang bermanfaat seperti pakaian, aksesoris dan lain-lain. Begitu juga dengan zaman modern sekarang kulit binatang sangat digemari untuk dijadikan barang-barang mahal dan bermerek seperti tas, jaket dan lain-lain. Namun ternyata tidak hanya kulit binatang yang halal dimakan saja yang digunakan, melainkan juga dari kulit binatang yang menjadi bangkai bahkan dari kulit hewan yang tidak halal dimakan oleh umat muslim juga seperti kulit hewan buaya yang sering digunakan untuk dijadikan tas mahal bermerek. Beruntung ternyata dalam Islam memperbolehkan hal tersebut dengan mensucikan kulit binatang tersebut terlebih dahulu dengan disamak. Berikut kami jelaskan lebih detail dan berurutan mengenai topik ini yang merujuk dari kitab Fathul Qarib Al-Mujib karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy

Hukum Memakai Bejana Yang Terbuat Dari Emas Atau Perak

  Ilustrasi bejana yang terbuat dari emas(Sumber:  Shantanu Kashyap  dari  Pixabay ) Emas atau perak adalah benda yang dianggap istimewa oleh umat manusia sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang, sehingga emas atau perak dimanfaatkan oleh umat manusia untuk berbagai hal, seperti dijadikan alat jual beli, perhiasan dan masih banyak lagi. Dalam Islam emas hanya boleh dikenakan sebagai perhiasan oleh wanita saja, dalam artian laki-laki haram menggunakannya. Namun berbeda dengan perak yang tetap boleh dikenakan oleh laki-laki. Tapi bagaimana hukumnya menggunakan emas atau perak sebagai bejana untuk makan dan minum? Berikut simak ulasannya: 1.  Hukum menggunakan bejana yang terbuat dari emas atau perak Berbeda dengan diperbolehkannya mengenakan perhiasan perak bagi wanita dan laki-laki, dan mengenakan perhiasan emas bagi wanita, ternyata hukumnya haram menggunakan bejana yang terbuat dari emas atau perak baik itu untuk makan, minum atau hal lain seperti berwudhu 2.  Hukum menyimpan bejana